Tuesday 11 June 2013

Aku Bermimpi Melihat Surga





Sungguh, malam ketiga di Pangkalan Punai aku bermimpi melihat surga
Ternyata surga tidak megah, hanya sebuah istana kecil di tengah hutan
Tidak ada bidadari seperti disebut di kitab-kitab suci

Aku meniti jembatan kecil
Seorang wanita berwajah jernih menyambutku
“Inilah surga” katanya.
Ia tersenyum, kerling matanya mengajakku menengadah
Seketika aku terkesiap oleh pantulan matahari senja
Menyirami kubah-kubah istana
mengapa matahari berwarna perak, jingga, dan biru?
Sebuah keindahan yang asing

Di istana surga
Dahan-dahan pohon ara menjalar kedalam kamar-kamar sunyi yang bertingkat-tingkat
Gelas-gelas Kristal berdenting dialiri air zamzam
Menebarkan rasa kesejukan

Bunga petunia ditanam dalam pot-pot kayu
Pot-pot itu digantungkan pada kosen-kosen jendela tua berwarna biru
Di beranda, lampu-lampu kecil disembunyikan di balik tilam, indah sekali
Sinarnya memancarkan kedamaian
Tembus membelah perdu-perdu di halaman

Surga begitu sepi
Tapi aku ingin tetap di sini
Karena kuingat janjiMu Tuhan
Kalau aku datang dengan berjalan
Engkau akan menjemputku dengan berlari-lari


Andrea Hirata
Laskar Pelangi, 181/182.